Minggu, 10 April 2011

Trauma Psikologis,, bagaimana mengatasinya?

Istilah trauma mungkin sudah menjadi bahasa yang dikenal sehari-hari di lingkungan kita. Sebenarnya, apakah trauma itu?

Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata trauma digunakan untuk menggambarkan situasi akibat suatu peritiwa yang dialami oleh korban.


Dalam perkembangannya, istilah trauma kemudian secara umum dibedakan menjadi dua berdasarkan dampaknya, yaitu trauma fisik dan trauma psikologis.


Trauma psikologis dapat terjadi kepada semua orang tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Tetapi, dibandingkan orang dewasa, anak-anak umumnya lebih mudah terpengaruh peristiwa yang traumatis.


Dalam sebuah artikel psikologi yang ditulis oleh Evi Sukmaningrum, Psi. MSi. Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat menghadapi kejadian yang traumatik.


Selanjutnya, pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya. Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik tersebut.


Kadangkala efek after shock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau merasa ngeri.


Gejala dan simtom yang muncul tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis tersebut akan tergantung pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka.


Menurut Dr Irmansyah, pakar kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam sebuah artikel, bahwa gejala yang biasanya timbul pada trauma, tersimpul dalam beberapa kriteria. Seperti ketakutan kejadian yang menyebabkan trauma terulang kembali (reexperienced) dan gejala yang disebut penghindaran (avoidence). Biasanya pada gejala ini, orang yang mengalami trauma cenderung menghindar pada daerah-daerah atau potensi-potensi yang bisa menyebabkan kejadian trauma terulang kembali.


Stress traumatik merupakan suatu reaksi yang alamiah terhadap peristiwa yang mengandung kekerasan, seperti kekerasan kelompok, pemerkosaan, kecelakaan, dan bencana alam. Bisa juga karena kondisi dalam kehidupan yang mengerikan, seperti kemiskinan, deprivasi, dan lain-lain.


Efek trauma pada individu dapat ditandai dengan adanya ingatan terus menerus tentang kejadian atau peristiwa tersebut, dan mengalami mati rasa atau berkurangnya respon individu terhadap lingkungannya.


Kondisi tersebut selanjutnya akan mempengaruhi fungsi adaptif individu dengan lingkungannya. Seringkali, peristiwa yang traumatik akan sangat menyakitkan sehingga bantuan dari para ahli akan diperlukan dalam mengatasi trauma yang dialami. 


sumber:
http://www.nusantaraku.org/forum/ladies-room

0 komentar:

Posting Komentar